Karimunjawa, Jepara, 2 September 2025 – Tim peneliti Universitas Hang Tuah (UHT) Surabaya melakukan penelitian lapangan di Kepulauan Karimunjawa pada 28–30 Agustus 2025. Penelitian ini mengangkat tema “Model Tata Kelola Kolaboratif Ekowisata Berbasis Masyarakat di Taman Nasional Karimunjawa: Menuju Blue Economy Berkelanjutan” yang didanai melalui hibah penelitian dan pengabdian masyarakat DPPM UHT tahun anggaran 2025.

Tim terdiri atas Dr. M. Husni Tamrin, Deasy Arieffiani S.IP., M.Si, Dr. Arif Winarno, serta mahasiswa Magister Administrasi Publik FISIP UHT, Faizal Amin dan Riza Nur Madaniyah. Misi utama penelitian adalah menyusun model tata kelola ekowisata yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir, menjaga keseimbangan ekologi, dan memperkuat kapasitas warga dalam menghadapi arus pariwisata.
Penelusuran tim menemukan bahwa banyak nelayan kini beralih profesi menjadi penyedia jasa wisata. Seorang nelayan paruh baya, Surya, mengaku kini lebih banyak menyewakan kapalnya untuk wisatawan. “Kalau cuaca buruk, saya tidak bisa melaut. Tapi sekarang ada kapal wisata, setidaknya penghasilan tetap ada,” ujarnya.
Sementara itu, Sulastri, pedagang makanan di Pantai Ujung Gelam, bertahan hidup dengan modal swadaya tanpa dukungan komunitas maupun bantuan pemerintah. Berbeda dengan Pantai Ujung Gelam, Pantai Bobby justru berkembang berkat inisiatif warga lokal sejak 2017. Meski menghadapi tantangan keterbatasan dukungan, destinasi ini berhasil menarik wisatawan dengan konsep kreatif berbasis masyarakat.
Hasil penelitian menawarkan kerangka Sustainable Collaborative Ecotourism Governance (SCEG) yang terdiri dari tiga pilar utama:
1. Collaborative Governance – menghadirkan peran pemerintah, swasta, dan masyarakat secara seimbang dalam pengelolaan wisata.
2. Blue Economy – memastikan pemanfaatan sumber daya laut memberi nilai tambah ekonomi tanpa merusak daya dukung ekosistem.
3. Community-Based Tourism (CBT) – menempatkan masyarakat sebagai aktor utama sekaligus penerima manfaat pariwisata.
Dengan model ini, ekowisata di Karimunjawa diharapkan mampu berjalan inklusif, tangguh, dan berkelanjutan.
Ketua Tim Peneliti, Dr. M. Husni Tamrin, menegaskan pentingnya hasil riset ini sebagai pijakan kebijakan. “Karimunjawa adalah etalase masa depan pariwisata bahari Indonesia. Melalui model tata kelola kolaboratif, kita ingin memastikan bahwa pariwisata tidak hanya meningkatkan ekonomi lokal, tetapi juga menjaga kelestarian ekologi serta memperkuat kemandirian masyarakat,” ujarnya.
Karimunjawa menjadi gambaran nyata pertemuan antara tradisi, ekonomi, dan konservasi. “Wisata bukan hanya soal keindahan, tapi tentang keberlanjutan. Masyarakat harus menjadi subjek, bukan sekadar objek,” ujar Deasy Arieffiani.
Senada, Dr. Arif Winarno menambahkan, “Kuncinya ada pada disiplin data dan komitmen bersama. Dengan indikator terukur, kita bisa menyeimbangkan pertumbuhan wisata dan kesehatan ekosistem.”
Melalui penelitian ini, Universitas Hang Tuah menegaskan perannya dalam memperkuat ekonomi biru, memberdayakan masyarakat pesisir, serta menjaga warisan alam Karimunjawa agar tetap lestari bagi generasi mendatang.